Senin, 30 November 2015

(30/48) Pengiriman Tentara Ke Perang Mu'tah | Sejarah Nabi Muhammad



Di bulan Jumadil Akhir dari tahun ke delapan Hijriyyah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengirimkan para tokoh Sahabat ke Mu’tah, yakni sebuah perkampungan di negeri Syam, untuk menuntut balas atas kematian orang muslim di sana. Beliau mengangkat Zaid bin Al Haritsah, mantan budak beliau, sebagai pemimpin mereka. Beliau bersabda: “Kalau Zaid gugur, digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Kalau Ja’far gugur, digantikan oleh Abdullah bin Rawahah.” (Bukhari: 4261)


Mereka keluar dengan membawa 3000 personil. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ikut keluar untuk melepas kepergian mereka hingga pertengahan jalan. Mereka terus jalan, dan ketika mereka sampai di Ma’aan, mereka mendengar berita bahwa Hiraklius, raja Romawi sudah keluar untuk menyambut mereka dengan 100.000 personil, dan ditambah lagi dengan Malik bin Zafilah dengan membawa 100.000 personil lainnya dari kalangan Nashrani Arab, dari wilayah Lakhm, Judzaam, dan berbagai suku Qudhaa’ah dari Bahraa, Balaa, dan Balqin.

Kaum muslimin bermusyawarah. Sebagian menyatakan: “Kita menulis surat kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menunggu perintah beliau selanjutnya, atau mengirimkan bantuan kepada kita.” Abdullah bin Rawahah RA berkata: “Hai kaum! Demi Allah, apa yang selama ini kalian cari dengan keluarnya kalian sudah ada di hadapan mata (mati syahid). Kalian memerangi manusia bukan hanya dengan jumlah personil atau dengan kekuatan saja. Kita memerangi mereka hanya dengan agama yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Berangkatlah, karena yang ada adalah salah satu dari dua kebaikan: Menang atau mati syahid.” Ucapan beliau itu disetujui oleh kaum muslimin, sehingga merekapun bangkit.

Saat mereka sampai di Thukhum Al Balqaa, mereka bertemu dengan rombongan bala tentara Romawi. Kaum muslimin turun ke bagian pinggir kampung Mu’tah, sementara tentara Romawi di kampung Masyarif, baru kemudian mereka bertemu langsung dan terjadilah pertempuran hebat.

Saat itu terbunuhlah komandan pasukan kaum muslimin, Zain bin Haritsah RA. Panji perang yang berada di tangannya langsung diambil oleh Ja’far. Ia turun dari kuda pirangnya yang langsung dibunuhnya, dan ia pun berperang hingga tangan kanannya putus. Panji itu diambil oleh tangan kirinya. Namun tangan kirinya pun putus, sehingga terpaksa ia memeluk panji tersebut, baru kemudian ia terbunuh syahid. Kala itu ia berumur 33 tahun, menurut pendapat yang benar (Bukhari: 4261). Panji perang itu diambil oleh Abdullah bin Rawahah Al Anshari RA. Ia sempat menggerutu sedikit, akan tetapi kemudian ia membulatkan tekad dan terus berperang hingga terbunuh. Ada riwayat menyebutkan bahwa Tsabit bin Aqram yang kemudian mengambil alih panji perang tersebut. Kaum muslimin ingin menjadikannya sebagai komandan, akan tetapi ia menolak. Akhirnya panji itu diambil oleh Khalid bin Walid RA. Ia menggiring kaum muslimin dan bergerak dengan halus sehingga kaum muslimin selamat dari sergapan musuh, dan Allah pun memberikan kemenangan melalui tangan Khalid.

Sebagaimana yang diceritakan sendiri oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para Sahabat beliau di Madinah saat beliau sedang berdiri di atas mimbar. Para tokoh mendekati beliau satu persatu, sementara air mata beliau berlinang. Hadits tersebut terdapat dalam AshShahihah (Bukhari: 4262).

Tibalah waktu malam dan orang-orang kafir menghentikan peperangan.

Meskipun jumlah musuh amat banyak dan jumlah kaum muslimin amat sedikit dibandingkan dengan jumlah mereka, namun tidak terlalu banyak yang mati syahid di kalangan kaum muslimin sebagaimana disebutkan oleh para ulama sejarah. Mereka tidak menyebutkan nama-nama yang terbunuh, kecuali sekitar 10 orang saja.


Kaum muslimin segera beranjak pulang. Allah memelihara mereka dari kejahatan musuh. Segala puji bagi Allah dan segala karunia hanya daripadaNya. Hanya saja peperangan ini menjadi pendobrak dari peperangan selanjutnya melawan Romawi dan menggentarkan para musuh Allah dan RasulNya.

Oleh : Ibnu Katsir
bersambung in sya Allah .....


Sumber : Pustaka AtTibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar