Rabu, 25 November 2015

(25/48) Terbunuhnya Abu Rafi' Salam, Perang Bani Lihyan & Perang Dzu Qard | Sejarah Nabi Muhammad


Terbunuhnya Abu Rafi' Salam bin Abi Al Huqaiq

Yakni saat Allah mencabut nyawa Kaab bin Al Asyraf si musuh Allah, Alhamdulillah, melalui tangan para lelaki kaum Aus seperti yang sudah kita ceritakan usai perang Badar.


Abu Rafi’ Salam bin Abi Al Huqaiq termasuk yang bersekongkol dengan bala tentara musuh untuk menyerang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Ia tidak sempat dibunuh bersama Bani Quraizhah seperti nasib temannya Huyayy bin Akhtab. Akhirnya kaum Khazraj berkeinginan membunuhnya, untuk mendapatkan pahala yang sama dengan kaum Aus. Allah Subhanahu wa Ta'ala memang sudah menciptakan kedua suku ini untuk saling bersaing dalam kebaikan di hadapan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka meminta ijin kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam untuk membunuhnya, dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengijinkannya.


Datanglah beberapa orang lelaki yang kesemuanya berasal dari Bani Salamah. Mereka adalah: Abdullah bin Atik, yakni pemimpin kaumnya sendiri, berdasarkan perintah Rasul, lalu Abdullah bin Unais, Abu Qatadah, Al Harits bin Rib’i, Mas’ud bin Sinan, dan Khuza’i bin Aswad, pemuka mereka juga. Mereka semua berangkat hingga sampai di Khaibar, di sebuah perkampungan besar. Mereka lalu datang ke rumah lelaki itu pada suatu malam dan langsung membunuhnya. Merekapun kembali kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Masing-masing mengaku telah membunuh Salam. Beliau bersabda: “Perlihatkan kepadaku pedang-pedang kalian.” Saat mereka memperlihatkan pedang-pedang mereka, beliau berkata sambil memandang pedang Abdullah bin Unais: “Pedang ini telah membunuhnya. Aku melihat ada bekas makanan di pedang ini.” Memang Abdullah bin Unais yang menikam lelaki kafir tersebut dengan pedangnya sehingga ia mendengar suara tulang punggungnya yang patah, sementara musuh Allah itu berkata: “Cukup-cukup.” Yakni, sudah jangan teruskan. (Bukhari: 4038-4040).



Perang Bani Lihyan


Setelah menyelesaikan urusan Bani Quraizhah, enam bulan kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam keluar. Yakni pada bulan Jumadil Uwla pada tahun keenam Hijriyah, menurut pendapat yang benar, menuju Bani Lihyaan untuk membalas kematian para Sahabat yang ikut dalam delegasi ArRaji’, seperti dipaparkan sebelumnya. Beliau berjalan terus hingga sampai di negeri mereka, di suatu lembah yang disebut Ghuraan. Yakni terletak antara Amaj dengan Usfaan. Ternyata mereka sedang membentengi diri di puncak-puncak gunung. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam membiarkan mereka, dan pergi membawa 200 tentara berkuda menuju Usfaan. Ia mengutus dua orang tentara berkuda hingga singgah di Kuraa’il Ghamim, kemudian pulang. Baru kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam kembali ke Madinah.


Perang Dzu Qard

Sepulang beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam ke Madinah, Uyainah bin Hishn dari kalangan Bani Abdullah bin Ghathafan menyerang unta-unta Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang terdapat di hutan, lalu menggiringnya dan membunuh penggembalanya, yakni seorang lelaki dari Ghiifar. Mereka bahkan menculik istrinya. Orang pertama yang memberikan peringatan terhadap perbuatan mereka adalah Salamah bin Amru bin Al Akwa’ Al Islami . Ia segera mengejar mereka dengan berjalan kaki. Meski demikian, ia dapat mengejar mereka, bahkan sempat memanah mereka. Ia berkata: “Aku adalah anak Al Akwa’ dan hari ini adalah hari rudha.” Rudha artinya adalah topeng. Ia berhasil membawa pulang sebagian besar yang sudah di tangan mereka. (Bukhari: 4194, Muslim: 1806)

Saat peristiwa itu tersebar di Madinah, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam segera keluar membawa serombongan tentara berkuda. Ia berhasil menyusul Salamah bin Al Akwa’ dan membawa pulang unta-untanya. Nabi sampai di sebuah mata air bernama Dzu Qard. Beliau menyembelih salah satu unta yang berhasil dibawa pulang dan tinggal di sana selama satu hari satu malam, baru kemudian pulang ke Madinah. Pada perang tersebut, yang terbunuh adalah Al Akhram, yakni Mihriz bin Nadhlah, dibunuh oleh Abdurrahman bin Uyainah, lalu merebut kudanya dan kabur. Namun Abu Qatadah berhasil mengejar Abdurrahman dan membunuhnya, serta membawa kembali kuda tersebut yang sebenarnya milik Mahmud bin Salamah.

Wanita yang diculik tersebut pulang dengan mengendarai unta Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Ia sudah bernadzar, bahwa apabila Allah menyelamatkan dirinya, ia akan bunuh diri. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh celaka bila ia melakukannya. Bani Adam tidak boleh bernadzar terhadap hal yang tidak menjadi haknya, atau terhadap perbuatan maksiat.” Beliau segera mengambil kembali untanya (Muslim: 1641)

Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahih nya, dari Salamah bin Al Akwa’ berkenaan dengan kisah ini: “Maka kamipun pulang ke Madinah. Hanya tiga malam sesudah itu, kamipun keluar ke Khaibar.” (Muslim: 1807). Kemungkinan itulah yang benar, wallahu a’lam.

Oleh : Ibnu Katsir
bersambung in sya Allah .....


Sumber : Pustaka AtTibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar