Senin, 26 Oktober 2015

(3/48) Diutusnya Beliau Sebagai Rasul | Sejarah Nabi Muhammad



Saat Allah berkehendak untuk memberikan rahmatNya kepada para hambaNya, serta memberikan kemuliaan dengan diutusnya beliau ke seluruh alam, Allah menumbuhkan kecintaan pada diri beliau untuk menyepi. Beliau menyepi di gua Hira, seperti yang biasa dilakukan oleh kalangan Ahli Ibadah di masa itu.
Sebagaimana dinyatakan oleh Abu Thalib dalam qashidahnya yang termahsyur: “Ada perampok, ada yang menambatkan hewan disana, ada yang mendakinya untuk beribadah di gua Hira, dan ada yang sekedar menyinggahinya…”

Datanglah misi kebenaran itu secara tiba-tiba, saat beliau sedang berada di gua Hira, di bulan Ramadhan. Saat itu beliau sudah berumur 40 tahun. Datanglah kepada beliau seorang malaikat yang langsung berkata kepada beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Bacalah!”. Beliau menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Malaikat itu memeluk beliau sehingga beliau terengah-engah (Bukhari: 3). Baru kemudian beliau dilepaskan. Malaikat itu kembali berkata: “Bacalah!”. Beliau kembali menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Kejadian itu berulang sebanyak 3 kali. Dan malaikat itu berkata: “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq: 1-5)

Rasulullah pun pulang dalam keadaan ketakutan dan menggigil tubuhnya. Beliau mengabarkan kejadian itu kepada Khadijah. : “Aku khawatir, pikiranku sudah tidak beres.”. Namun Khadijah justru meneguhkan sikap beliau. “Bergembiralah. Sama sekali tidak mungkin kalau Allah menghinakan dirimu. Sama sekali tidak mungkin selama-lamanya. Karena engkau selalu menyambung silaturrahim, selalu berkata jujur, selalu mengemban amanah, dan suka menolong orang-orang yang kesusahan.”. Demikian ujar Khadijah. Ia menyebutkan beberapa perilaku baik beliau yang lain, untuk menunjukkan kepercayaannya terhadap beliau, untuk meneguhkan hati beliau, dan untuk menolong beliau menjalankan kebenaran. Dan memang Khadijah adalah orang pertama yang mempercayai risalah beliau. Semoga Allah meridhainya dan memuliakan kedudukannya.

Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tinggal di rumahnya seperti biasa. Selama beberapa saat, sesuai kehendak Allah, beliau tidak pernah melihat apa-apa lagi. Tidak ada lagi wahyu yang turun kepada beliau. Beliaupun merasa sedih. Beliau kembali pergi untuk menyepi ke puncak-puncak gunung. Hal itu dilakukan karena kerinduan beliau terhadap apa yang pernah beliau lihat untuk pertama kalinya. Karena wahyu Allah yang beliau dapatkan meninggalkan kelezatan yang tak terkira.
google

orang-orang mengunjungi gua hira. google

Ada riwayat menyebutkan bahwa masa turunnya wahyu itu terhenti hampir selama 2 tahun atau lebih. Lalu datanglah malaikat menampakkan dirinya kepada beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam antara langit dan bumi, di atas sebuah kursi. Malaikat itu meneguhkan beliau dan memberikan kabar gembira kepada beliau bahwa beliau betul-betul Rasulullah. Saat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melihatnya, beliau merasa gentar juga. Beliau segera mendatangi Khadijah: “Selimuti aku, selimuti aku!” teriak beliau. Maka Allah pun menurunkan firmanNya: “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan ! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah…” (Al Muddatstsir: 1-4) (Bukhari: 3, 4, 6982 & Muslim 160, 161).

Kondisi pertama yang dialami beliau adalah proses kenabian dan pemberian wahyu pertama. Kemudian Allah memerintahkan beliau dalam ayat tsb untuk memberikan peringatan kepada kaumnya dan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah. Rasulullah pun mulai bekerja keras mengemban tugas dan mulai menjalankan ketaatan kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Beliau mengajak masyarakat tua maupun muda, orang merdeka maupun hamba sahaya, pria maupun wanita, orang kulit hitam maupun putih, untuk menuju jalan Allah. Banyak orang dari berbagai suku menyambut dakwah beliau.

Orang yang pertama mendapatkan tongkat estafet dakwah beliau adalah Abu Bakar Abdullah bin Utsman AtTaimiyy. Ia menyokong dakwah untuk mengembangkan agama Allah, bahkan mengajak orang lain untuk menuju agama Allah berdasarkan ilmu dan keyakinan. Dakwah Abu Bakar itu disambut oleh Utsman bin Affan, Thalhah, dan Saad bin Abi Waqqash.

Adapun Ali, sudah masuk Islam saat masih kecil, saat berumur 8 tahun. Ada riwayat yang menyebutkan lebih dari 8 tahun. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwa Ali masuk Islam sebelum Abu Bakar. Namun pendapat lain mengatakan tidak demikian. Bagaimanapun juga, keislaman Ali tidaklah sama dengan keislaman Abu Bakar AshShiddiq. Karena Ali berada dalam pengasuhan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengambil Ali dari pamannya, untuk menolong pamannya tersebut mengatasi kesulitan pada masa paceklik. Khadijah dan Zaid bin Haritsah juga masuk Islam.

Seorang uskup bernama Waraqah bin Naufal juga masuk Islam. Ia mempercayai wahyu Allah yang diterima oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ia berangan-angan seandainya berumur panjang, ia akan membela dan melindungi Rasulullah. Itu terjadi pada awal pertama kali turunnya wahyu. Diriwayatkan oleh AtTarmidzi bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bermimpi melihat uskup itu dalam penampilan yang amat indah. Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda: “Aku bermimpi melihat uskup itu mengenakan pakaian putih”. (Ahmad VI: 65, AtTarmidzi: 2288).

Dalam Shahih  Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa ia (Waraqah) berkata: “Ini adalah Naamus (Malaikat) yang pernah datang kepada Musa bin Imraan.” Yakni saat Khadijah membawa Rasulullah menemuinya, lalu Rasulullah menceritakan kepada Waraqah berkaitan dengan munculnya Jibril ‘Alaihissalaam.

Maka masuklah ke dalam Islam orang-orang yang dilapangkan dadanya untuk menerima Islam dengan cahaya kebenaran, dengan ilmu dan keyakinan. Namun orang-orang jahil di Mekkah justru mengganggu dan menyiksa beliau. Akan tetapi Allah tetap memelihara RasulNya, menjaga beliau melalui perantaraan pamannya, Abu Thalib. Karena Abu Thalib adalah orang terhormat dan disegani di kalangan mereka. Mereka tidak berani memberitahukan kepada Abu Thalib hal-hal yang mereka dapatkan pada diri beliau secara tiba-tiba, karena mereka tahu bahwa Abu Thalib amat mencintai beliau. Dan termasuk hikmah dari Allah bila Abu Thalib tetap berada dalam agama mereka, karena hal itu mengandung kemaslahatan bagi beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Rasulullah terus berdakwah siang dan malam, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tidak ada seorangpun yang mampu menghalangi dan mencegahnya dan tidaklah beliau bergeser dari berdakwah kepada Allah walaupun mendapat berbagai macam perlakuan buruk.

bersambung in sya Allah.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar