![]() |
Saat Allah berkehendak untuk memberikan rahmatNya kepada para hambaNya, serta memberikan kemuliaan dengan diutusnya beliau ke seluruh alam, Allah menumbuhkan kecintaan pada diri beliau untuk menyepi. Beliau menyepi di gua Hira, seperti yang biasa dilakukan oleh kalangan Ahli Ibadah di masa itu.
Sebagaimana dinyatakan oleh Abu Thalib dalam qashidahnya yang termahsyur: “Ada perampok, ada yang menambatkan hewan disana, ada yang mendakinya untuk beribadah di gua Hira, dan ada yang sekedar menyinggahinya…”
Datanglah
misi kebenaran itu secara tiba-tiba, saat beliau sedang berada di gua Hira, di
bulan Ramadhan. Saat itu beliau sudah berumur 40 tahun. Datanglah kepada beliau
seorang malaikat yang langsung berkata kepada beliau Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam: “Bacalah!”. Beliau menjawab:
“Aku tidak bisa membaca.” Malaikat
itu memeluk beliau sehingga beliau terengah-engah (Bukhari: 3). Baru kemudian
beliau dilepaskan. Malaikat itu kembali berkata: “Bacalah!”. Beliau kembali menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Kejadian itu berulang sebanyak 3 kali. Dan
malaikat itu berkata: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Rabbmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (Al-Alaq: 1-5)
Rasulullah
pun pulang dalam keadaan ketakutan dan menggigil tubuhnya. Beliau mengabarkan
kejadian itu kepada Khadijah. : “Aku
khawatir, pikiranku sudah tidak beres.”. Namun Khadijah justru meneguhkan
sikap beliau. “Bergembiralah. Sama sekali
tidak mungkin kalau Allah menghinakan dirimu. Sama sekali tidak mungkin
selama-lamanya. Karena engkau selalu menyambung silaturrahim, selalu berkata
jujur, selalu mengemban amanah, dan suka menolong orang-orang yang kesusahan.”.
Demikian ujar Khadijah. Ia menyebutkan beberapa perilaku baik beliau yang lain,
untuk menunjukkan kepercayaannya terhadap beliau, untuk meneguhkan hati beliau,
dan untuk menolong beliau menjalankan kebenaran. Dan memang Khadijah adalah
orang pertama yang mempercayai risalah beliau. Semoga Allah meridhainya dan memuliakan
kedudukannya.
Kemudian
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tinggal di rumahnya seperti biasa.
Selama beberapa saat, sesuai kehendak Allah, beliau tidak pernah melihat
apa-apa lagi. Tidak ada lagi wahyu yang turun kepada beliau. Beliaupun merasa
sedih. Beliau kembali pergi untuk menyepi ke puncak-puncak gunung. Hal itu
dilakukan karena kerinduan beliau terhadap apa yang pernah beliau lihat untuk
pertama kalinya. Karena wahyu Allah yang beliau dapatkan meninggalkan kelezatan
yang tak terkira.
Ada riwayat
menyebutkan bahwa masa turunnya wahyu itu terhenti hampir selama 2 tahun atau
lebih. Lalu datanglah malaikat menampakkan dirinya kepada beliau Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam antara langit dan bumi, di atas sebuah kursi. Malaikat itu
meneguhkan beliau dan memberikan kabar gembira kepada beliau bahwa beliau
betul-betul Rasulullah. Saat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
melihatnya, beliau merasa gentar juga. Beliau segera mendatangi Khadijah: “Selimuti aku, selimuti aku!” teriak
beliau. Maka Allah pun menurunkan firmanNya: “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan ! dan
Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah…” (Al Muddatstsir: 1-4)
(Bukhari: 3, 4, 6982 & Muslim 160, 161).
Kondisi
pertama yang dialami beliau adalah proses kenabian dan pemberian wahyu pertama.
Kemudian Allah memerintahkan beliau dalam ayat tsb untuk memberikan peringatan kepada kaumnya dan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah. Rasulullah pun
mulai bekerja keras mengemban tugas dan mulai menjalankan ketaatan kepada Allah
dengan sebaik-baiknya. Beliau mengajak masyarakat tua maupun muda, orang
merdeka maupun hamba sahaya, pria maupun wanita, orang kulit hitam maupun
putih, untuk menuju jalan Allah. Banyak orang dari berbagai suku menyambut
dakwah beliau.
Orang yang
pertama mendapatkan tongkat estafet dakwah beliau adalah Abu Bakar Abdullah bin
Utsman AtTaimiyy. Ia menyokong dakwah untuk mengembangkan agama Allah, bahkan
mengajak orang lain untuk menuju agama Allah berdasarkan ilmu dan keyakinan.
Dakwah Abu Bakar itu disambut oleh Utsman bin Affan, Thalhah, dan Saad bin Abi
Waqqash.
Adapun Ali,
sudah masuk Islam saat masih kecil, saat berumur 8 tahun. Ada riwayat yang
menyebutkan lebih dari 8 tahun. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwa Ali
masuk Islam sebelum Abu Bakar. Namun pendapat lain mengatakan tidak demikian.
Bagaimanapun juga, keislaman Ali tidaklah sama dengan keislaman Abu Bakar
AshShiddiq. Karena Ali berada dalam pengasuhan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Beliau mengambil Ali dari pamannya, untuk menolong pamannya tersebut
mengatasi kesulitan pada masa paceklik. Khadijah dan Zaid bin Haritsah juga
masuk Islam.
Seorang
uskup bernama Waraqah bin Naufal juga masuk Islam. Ia mempercayai wahyu Allah
yang diterima oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ia berangan-angan
seandainya berumur panjang, ia akan membela dan melindungi Rasulullah. Itu
terjadi pada awal pertama kali turunnya wahyu. Diriwayatkan oleh AtTarmidzi
bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bermimpi melihat uskup itu
dalam penampilan yang amat indah. Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda: “Aku bermimpi melihat uskup itu mengenakan pakaian putih”. (Ahmad
VI: 65, AtTarmidzi: 2288).
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa ia
(Waraqah) berkata: “Ini adalah Naamus
(Malaikat) yang pernah datang kepada Musa bin Imraan.” Yakni saat Khadijah
membawa Rasulullah menemuinya, lalu Rasulullah menceritakan kepada Waraqah
berkaitan dengan munculnya Jibril ‘Alaihissalaam.
Maka
masuklah ke dalam Islam orang-orang yang dilapangkan dadanya untuk menerima
Islam dengan cahaya kebenaran, dengan ilmu dan keyakinan. Namun orang-orang
jahil di Mekkah justru mengganggu dan menyiksa beliau. Akan tetapi Allah tetap
memelihara RasulNya, menjaga beliau melalui perantaraan pamannya, Abu Thalib.
Karena Abu Thalib adalah orang terhormat dan disegani di kalangan mereka.
Mereka tidak berani memberitahukan kepada Abu Thalib hal-hal yang mereka
dapatkan pada diri beliau secara tiba-tiba, karena mereka tahu bahwa Abu Thalib
amat mencintai beliau. Dan termasuk hikmah dari Allah bila Abu Thalib tetap
berada dalam agama mereka, karena hal itu mengandung kemaslahatan bagi beliau Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam.
Rasulullah terus berdakwah siang dan malam, secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tidak ada seorangpun yang mampu
menghalangi dan mencegahnya dan tidaklah beliau bergeser dari berdakwah kepada
Allah walaupun mendapat berbagai macam perlakuan buruk.
bersambung in sya Allah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar