Sabtu, 24 Oktober 2015

(1/48) Pembukaan (Nasab Beliau) | Sejarah Nabi Muhammad


Beliau adalah penghulu anak cucu Adam, Abul Qasim Muhammad, dikenal juga dengan nama Ahmad, Al Mahi, yaitu yang menghapus kekafiran; Al Hasyir, yaitu yang akan mengumpulkan umat manusia; Al Aaqib, yaitu yang tidak ada lagi nabi sesudahnya; Al Muqaffi, Nabi rahmat, Nabi taubat, dan Nabi malhamah.

Ayahanda beliau adalah Abdullah, saudara dari Al Harits, AzZubair, Hamzah, dan Abu Thalib. Abu Thalib bernama asal Abdu Manaf. Saudara Abdullah yang lainnya adalah Abu Lahab, nama asalnya adalah Abdul Uzza dan Abdul Ka’bah, yakni nama yang dibuat belakangan. Ada yang mengatakan, dua nama itu adalah untuk dua orang yang berbeda. Saudara Abdullah yang lain adalah Hajal, namanya Al Mughirah, lalu Al Ghaidaaq. Ia disebut sebagai Ghaidaaq karena memang banyak berbuat kebajikan, nama asalnya adalah Naufal. Ada yang berkata bahwa dia adalah Hajl atau Dhiraar.

Abdullah juga saudara dari Shafiyyah, Atikah, Arwa, Umaimah, Barrah dan Ummu Hukaim, yakni Al Bhaidhaa. Mereka semua adalah anak-anak Abdul Muthallib. Nama Abdul Muthallib sendiri adalah Syaibatul Hamd, menurut pendapat yang benar.

Abdul Muthallib adalah anak dari Hasyim, namanya adalah Amru, saudara dari Al Muthallib. Kepada kedua orang inilah nasab karib kerabat nabi dinisbatkan. Saudaranya yang lain adalah Abdu Syams dan Naufal. Keempat bersaudara itu adalah anak-anak dari:

Abdu Manaaf, yakni saudara dari Abdul Uzza, Abduddaar dan Abd. Ketiganya adalah anak dari:

Qushayy, namanya adalah Zaid, saudara dari Zuhrah. Keduanya adalah anak dari:

Kilaab, saudara Taim dan Yaqzhah, Abu Mahzum. Ketiganya adalah anak-anak dari:

Murrah, saudara Adiyy dan Hushaish. Mereka bertiga adalah anak dari:

Ka’ab, saudara dari Amir, Saamah, Khuzaimah, Sa’ad, Al Harits dan Auf. Ketujuh orang ini adalah anak dari:

Lu-ayy, saudara dari Taim Al Adram, keduanya anak dari:

Ghalib, saudara dari Al Harits dan Muharib. Keduanya adalah anak dari:

Fihr, saudara Al Harits. Keduanya adalah anak dari:

Malik, saudara dari AshShalt dan Makhlad. Keduanya adalah anak dari:

AnNadhr, saudara dari Malik, Malkaan, Abdu Manaah dan yang lainnya. Mereka adalah anak dari:

Kinanah, saudara dari Asad, Asadah, dan Al Huun. Ketiganya adalah anak dari:

Khuzaimah, saudara dari Huzail. Keduanya adalah anak dari:

Mudrikah, nama aslinya adalah Amru, saudara dari Thaabikah yang nama aslinya adalah Amir, juga saudara dari Qam’ah. Ketiganya adalah anak dari:

Ilyaas, saudara dari AnNaas, yakni Ailaan, ayah dari Qais. Keduanya adalah anak dari Mudhar saudara Rabi’ah. Mereka berdua adalah anak kandung dari Ismail, saudara dari Anmaar dan Iyaad. Mereka berempat adalah anak dari:

Nazaar, saudara dari Qudhaa’ah, menurut pendapat mayoritas ahli nasab. Keduanya adalah anak dari: Ma’ad bin ‘Adnaan.





Seluruh suku di tanah arab, berakar dari seluruh anak-anak Adnaan yang kami sebutkan.

Al Hafizh Abu Umar AnNamari rahimahullah dalam bukunya Al Inbaa Bi Ma’rifati Qabaa-ilir Ruwaat telah menjelaskan secara tuntas: Menurut pendapat mayoritas ahli nasab, Quraisy adalah orang-orang yang berhulu nasab kepada Fahr bin Malik bin AnNadhr bin Kinanah. Mereka menyenandungkan syair dalam hal itu:

“Qushay, demi Allah, digelari sebagai pengumpul masa, karena dengan mereka, Allah mengumpulkan dari hulu Fahr semua suku yang ada”

Ada yang berpendapat bahwa nasab Quraisy berhulu pada AnNadhr bin Kinanah. Demikianlah pendapat mayoritas ahli Fiqih dan ahli tahqiiq.

Untuk itu, mereka berdalil dengan hadits yang disebutkan oleh Abu Umar bin Abdul Barr rahimahullah dari Al Asy’ats bin Qais RA bahwa ia menceritakan: Aku pernah menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rombongan delegasi Kindah. Aku bertanya: “Bukankah engkau termasuk di antara kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak, kami dari Bani AnNadhr bin Kinanah. Namun kami tidak mengikuti jejak ibu kami dan berlepas diri dari ayah kami.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dengan sanad yang hasan.

Dalam riwayat tersebut disinggung: Al As’ats menceritakan: “Kalau ada seorang lelaki dari Quraisy yang menolak nasabnya dari AnNadhr bin Kinanah, pasti akan aku pukul sebagai hukumannya.

Ada juga yang berpendapat bahwa hulu nasab Quraisy adalah Ilyas bin Mudhar bin Nizaar. Pendapat lain, hulu nasab mereka adalah ayahnya, Mudhar. Keduanya adalah pendapat sebagian sahabat Imam Syafi’i, diceritakan oleh Abul Qashim, Abdul Karim ArRafi’i dalam penjelasannya ada dua pendapat. Kedua pendapat ini aneh sekali.

Adapun suku-suku di Yaman, seperti suku Himyar, Hadhramaut, Saba dan yang lainnya, mereka semua berasal dari Qahthaan, bukan dari Adnaan. Sementara suku Qudhaa’ah, ada tiga pendapat. Ada yang menyatakan mereka dari Qahthaan dan ada juga yang mengatakan mereka dari Bathnun Tsalits, bukan dari Adnaan dan juga dari Qahthaan. Tetapi pendapat ini aneh, diceritakan oleh Abu Umar dan ulama lainnya.


Nasab Beliau  setelah Adnaan

Nasab beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah kami paparkan, yakni sampai kepada Adnaan, tidak diragukan lagi, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal itu. Itulah yang terbukti secara mutawatir dan berdasarkan ijma’.

Permasalahannya adalah nasab beliau sesudah itu. Namun tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ahli nasab atau para ulama ahli kitab bahwa Adnaan berasal dari keturunan Ismail ‘Alaihissalam, Nabi Allah. Ismail sendiri adalah anak yang pernah akan disembelih oleh Ibrahim ‘Alaihissalam, menurut pendapat yang benar dari dua pendapat dikalangan para Sahabat dan para Imam. Namanya, Ismail bin Ibrahim, Khalilullah, ‘alaihi afdhalush shalatu wassalaam.

Namun ada perselisihan tentang jumlah ayah-ayah antara Adnaan hingga Ismail ‘Alaihissalaam, menjadi beberapa pendapat. Paling banyak disebutkan ada 40 orang ayah dan paling sedikit disebutkan ada 7 orang ayah. Ada juga yang berpendapat 9 orang, 15 orang. Kemudian masih ada perbedaan pendapat tentang nama-nama mereka.

Sebagian ulama AsSalaf dan para Imam ada yang memakruhkan penyebutan nasab beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah Adnaan. Diriwayatkan dari Malik bin Anas Al Ashbahi Al Imam rahimahullah bahwa beliau memakruhkannya.

Al Imam Abu Umar bin abdul Barr dalam bukunya Al Inbaah menyatakan: “Yang menjadi pendapat mayoritas ulama dalam hal ini, yaitu yang berkaitan dengan nasab Adnaan, adalah sebagai berikut: Adnan bin Udad bin Muqawwim bin Naahur bin Tairah bin Ya’rib bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim Khalilurrahman bin Taarih, ia bernama Aazur, bin Naahur, bin Syaruh, bin Raa’u bin Faalikh bin ‘Aibar bin Syaalakh bin Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh bin Laamik bin Mattusyalakha bin Khanukh, yakni Nabi Idris, menurut klaim mereka. Wallahu a’lam. Ia adalah keturunan Adam, yang pertama kali menjadi nabi setelah Adam dan Syaits. Ia (Idris) adalah yang pertama kali menulis dengan pena, Idris bin Yard bin Mahlail bin Qainan bin Yanisy bin Syaits bin Adam ‘Alaihissalaam.

Demikian disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq bin Yasaar Al Madani, penulis AsSirah AnNabawiyyah dan para ulama nasab lainnya.

Abul Abbas Abdullah bin Muhammad AnNaasyi, tokoh Mu’tazilah, sempat menggubah sebuah qashidah dari nasab tersebut. Dalam qashidah itu ia memuji-muji Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Imam Abu Umar dan Syaikh kita telah mencantumkannya dalam Tahdzieb. Qashidah itu termasuk kategori qashidah yang berbahasa indah dan fasih. Bagian awalnya sebagai berikut:
Kupuji Rasulullah dan dengan pujianku itu aku berkeinginan, mendapatkan bagianku secara sempurna, yakni kebutuhan yang penuh kemuliaan. Kupuji seseorang namun yang kupuji melebihi segala pujian, dengan segala gambaran perilakunya dari dekat atau dari kejauhan.

Seluruh suku-suku di tanah Arab, bertemu nasabnya pada Adnaan. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (AsySyura: 23)

Ibnu Abbas RA menyatakan: “Setiap keturunan Quraisy, pasti memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (Bukhari: 4818)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah pilihan Allah dari kalangan Quraisy, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Waatsilah bin Aqsa RA, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari anak Ismail. Kemudian Allah memiliki Quraisy dari Kinanah. Kemudian Allah memilih Bani Hasyim dari kalangan Quraisy. Setelah itu Allah memilihku dari kalangan Bani Hasyim.” (Muslim: 2276)

Bani Israil, baik kalangan para nabinya atau kalangan lain, juga bertemu nasabnya dengan beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pada Ibrahim, khalilullah ‘Alaihissalaam, yang Allah ciptakan kenabian dan turunnya Kitab suci pada anak keturunannya.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala pernah menurunkan perintah kepada Bani Israil melalui lisan Nabi Musa ‘Alaihissalam dalam kitab Taurat sebagaimana disebutkan oleh banyak ulama yang pernah mengumpulkan tanda-tanda para nabi. Allah pernah memerintahkan kepada mereka yang artinya: “Dan dari anak-anak saudara kalian, akan Kami utus seorang Nabi yang pasti akan didengar oleh masing-masing di antara kalian. Kami akan menjadikannya sebagai nabi yang sangat agung.

Dan di kalangan keturunan Ismail, tidak pernah dilahirkan seorang Nabi yang lebih agung dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan dari kalangan anak cucu Adam tidak pernah dilahirkan orang yang lebih agung daripada beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai datangnya Hari Kiamat.

Diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Aku adalah penghulu anak cucu Adam, bukan sekedar membanggakan diri. Adam dan seluruh nabi sesudahnya akan berdiri di bawah panjiku nanti.” (Ahmad I: 281, AtTirmidzi: 3148)

Aku akan menempati posisi yang diidam-idamkan oleh setiap manusia, bahkan termasuk Ibrahim.” (Muslim: 820)

Itulah posisi terpuji yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yakni syafa’at terbesar yang bisa ikut dinikmati oleh seluruh makhluk, agar Allah memberikan kesenangan kepada mereka dengan memutuskan perkara di antara mereka di padang Mahsyar, seperti ditafsirkan dalam banyak hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ibu beliau adalah Aminah binti Wahb, bin Abdu Manaf, bin Zuhrah, bin Kilaab, bin Murrah.

bersambung in sya Allah.......

>> Selanjutnya : (2/48) Kelahiran Rasulullah & Masa Penyusuan Beliau


Oleh: Ibnu Katsir
Sumber: Pustaka AtTibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar