Beliau adalah penghulu anak cucu Adam, Abul Qasim Muhammad, dikenal juga dengan nama Ahmad, Al Mahi, yaitu yang menghapus kekafiran; Al Hasyir, yaitu yang akan mengumpulkan umat manusia; Al Aaqib, yaitu yang tidak ada lagi nabi sesudahnya; Al Muqaffi, Nabi rahmat, Nabi taubat, dan Nabi malhamah.
Ayahanda
beliau adalah Abdullah, saudara dari Al Harits, AzZubair, Hamzah, dan Abu
Thalib. Abu Thalib bernama asal Abdu Manaf. Saudara Abdullah yang lainnya
adalah Abu Lahab, nama asalnya adalah Abdul Uzza dan Abdul Ka’bah, yakni nama
yang dibuat belakangan. Ada yang mengatakan, dua nama itu adalah untuk dua
orang yang berbeda. Saudara Abdullah yang lain adalah Hajal, namanya Al
Mughirah, lalu Al Ghaidaaq. Ia disebut sebagai Ghaidaaq karena memang banyak
berbuat kebajikan, nama asalnya adalah Naufal. Ada yang berkata bahwa dia
adalah Hajl atau Dhiraar.
Abdullah
juga saudara dari Shafiyyah, Atikah, Arwa, Umaimah, Barrah dan Ummu Hukaim,
yakni Al Bhaidhaa. Mereka semua adalah anak-anak Abdul Muthallib. Nama Abdul
Muthallib sendiri adalah Syaibatul Hamd, menurut pendapat yang benar.
Abdul Muthallib adalah anak dari Hasyim, namanya
adalah Amru, saudara dari Al Muthallib. Kepada kedua orang inilah nasab karib
kerabat nabi dinisbatkan. Saudaranya yang lain adalah Abdu Syams dan Naufal. Keempat
bersaudara itu adalah anak-anak dari:
Abdu Manaaf,
yakni saudara dari Abdul Uzza, Abduddaar dan Abd. Ketiganya adalah anak dari:
Qushayy,
namanya adalah Zaid, saudara dari Zuhrah. Keduanya adalah anak dari:
Kilaab,
saudara Taim dan Yaqzhah, Abu Mahzum. Ketiganya adalah anak-anak dari:
Murrah,
saudara Adiyy dan Hushaish. Mereka bertiga adalah anak dari:
Ka’ab,
saudara dari Amir, Saamah, Khuzaimah, Sa’ad, Al Harits dan Auf. Ketujuh orang
ini adalah anak dari:
Lu-ayy,
saudara dari Taim Al Adram, keduanya anak dari:
Ghalib,
saudara dari Al Harits dan Muharib. Keduanya adalah anak dari:
Fihr, saudara Al
Harits. Keduanya adalah anak dari:
Malik,
saudara dari AshShalt dan Makhlad. Keduanya adalah anak dari:
AnNadhr,
saudara dari Malik, Malkaan, Abdu Manaah dan yang lainnya. Mereka adalah anak
dari:
Kinanah,
saudara dari Asad, Asadah, dan Al Huun. Ketiganya adalah anak dari:
Khuzaimah,
saudara dari Huzail. Keduanya adalah anak dari:
Mudrikah,
nama aslinya adalah Amru, saudara dari Thaabikah yang nama aslinya adalah Amir,
juga saudara dari Qam’ah. Ketiganya adalah anak dari:
Ilyaas,
saudara dari AnNaas, yakni Ailaan, ayah dari Qais. Keduanya adalah anak dari
Mudhar saudara Rabi’ah. Mereka berdua adalah anak kandung dari Ismail, saudara
dari Anmaar dan Iyaad. Mereka berempat adalah anak dari:
Nazaar,
saudara dari Qudhaa’ah, menurut pendapat mayoritas ahli nasab. Keduanya adalah
anak dari: Ma’ad bin ‘Adnaan.
Seluruh suku
di tanah arab, berakar dari seluruh anak-anak Adnaan yang kami sebutkan.
Al Hafizh
Abu Umar AnNamari rahimahullah dalam bukunya Al Inbaa Bi Ma’rifati Qabaa-ilir Ruwaat telah menjelaskan secara
tuntas: Menurut pendapat mayoritas ahli nasab, Quraisy adalah orang-orang yang
berhulu nasab kepada Fahr bin Malik bin AnNadhr bin Kinanah. Mereka menyenandungkan
syair dalam hal itu:
“Qushay, demi Allah, digelari sebagai pengumpul masa, karena dengan mereka, Allah mengumpulkan dari hulu Fahr semua suku yang ada”
Ada yang
berpendapat bahwa nasab Quraisy berhulu pada AnNadhr bin Kinanah. Demikianlah pendapat
mayoritas ahli Fiqih dan ahli tahqiiq.
Untuk itu,
mereka berdalil dengan hadits yang disebutkan oleh Abu Umar bin Abdul Barr
rahimahullah dari Al Asy’ats bin Qais RA bahwa ia menceritakan: Aku pernah
menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rombongan delegasi
Kindah. Aku bertanya: “Bukankah engkau
termasuk di antara kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak, kami dari Bani AnNadhr bin Kinanah. Namun
kami tidak mengikuti jejak ibu kami dan berlepas diri dari ayah kami.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya
dengan sanad yang hasan.
Dalam riwayat
tersebut disinggung: Al As’ats menceritakan: “Kalau ada seorang lelaki dari Quraisy yang menolak nasabnya dari
AnNadhr bin Kinanah, pasti akan aku pukul sebagai hukumannya.”
Ada juga
yang berpendapat bahwa hulu nasab Quraisy adalah Ilyas bin Mudhar bin Nizaar. Pendapat
lain, hulu nasab mereka adalah ayahnya, Mudhar. Keduanya adalah pendapat
sebagian sahabat Imam Syafi’i, diceritakan oleh Abul Qashim, Abdul Karim ArRafi’i
dalam penjelasannya ada dua pendapat. Kedua pendapat ini aneh sekali.
Adapun suku-suku
di Yaman, seperti suku Himyar, Hadhramaut, Saba dan yang lainnya, mereka semua
berasal dari Qahthaan, bukan dari Adnaan. Sementara suku Qudhaa’ah, ada tiga
pendapat. Ada yang menyatakan mereka dari Qahthaan dan ada juga yang mengatakan
mereka dari Bathnun Tsalits, bukan dari Adnaan dan juga dari Qahthaan. Tetapi
pendapat ini aneh, diceritakan oleh Abu Umar dan ulama lainnya.
Nasab Beliau
setelah Adnaan
Nasab beliau
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah kami paparkan, yakni sampai kepada
Adnaan, tidak diragukan lagi, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal itu. Itulah
yang terbukti secara mutawatir dan berdasarkan ijma’.
Permasalahannya
adalah nasab beliau sesudah itu. Namun tidak ada perbedaan pendapat dikalangan
ahli nasab atau para ulama ahli kitab bahwa Adnaan berasal dari keturunan
Ismail ‘Alaihissalam, Nabi Allah. Ismail sendiri adalah anak yang pernah akan
disembelih oleh Ibrahim ‘Alaihissalam, menurut pendapat yang benar dari dua
pendapat dikalangan para Sahabat dan para Imam. Namanya, Ismail bin Ibrahim, Khalilullah, ‘alaihi afdhalush shalatu
wassalaam.
Namun ada
perselisihan tentang jumlah ayah-ayah antara Adnaan hingga Ismail ‘Alaihissalaam,
menjadi beberapa pendapat. Paling banyak disebutkan ada 40 orang ayah dan
paling sedikit disebutkan ada 7 orang ayah. Ada juga yang berpendapat 9 orang,
15 orang. Kemudian masih ada perbedaan pendapat tentang nama-nama mereka.
Sebagian ulama
AsSalaf dan para Imam ada yang memakruhkan penyebutan nasab beliau Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam setelah Adnaan. Diriwayatkan dari Malik bin Anas Al Ashbahi Al Imam
rahimahullah bahwa beliau memakruhkannya.
Al Imam Abu
Umar bin abdul Barr dalam bukunya Al
Inbaah menyatakan: “Yang menjadi
pendapat mayoritas ulama dalam hal ini, yaitu yang berkaitan dengan nasab
Adnaan, adalah sebagai berikut: Adnan bin Udad bin Muqawwim bin Naahur bin
Tairah bin Ya’rib bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim Khalilurrahman
bin Taarih, ia bernama Aazur, bin Naahur, bin Syaruh, bin Raa’u bin Faalikh bin
‘Aibar bin Syaalakh bin Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh bin Laamik bin
Mattusyalakha bin Khanukh, yakni Nabi Idris, menurut klaim mereka. Wallahu a’lam.
Ia adalah keturunan Adam, yang pertama kali menjadi nabi setelah Adam dan
Syaits. Ia (Idris) adalah yang pertama kali menulis dengan pena, Idris bin Yard
bin Mahlail bin Qainan bin Yanisy bin Syaits bin Adam ‘Alaihissalaam.
Demikian disebutkan
oleh Muhammad bin Ishaq bin Yasaar Al Madani, penulis AsSirah AnNabawiyyah dan para ulama nasab lainnya.
Abul Abbas
Abdullah bin Muhammad AnNaasyi, tokoh Mu’tazilah, sempat menggubah sebuah
qashidah dari nasab tersebut. Dalam qashidah itu ia memuji-muji Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam. Imam Abu Umar dan Syaikh kita telah mencantumkannya dalam Tahdzieb. Qashidah itu termasuk kategori
qashidah yang berbahasa indah dan fasih. Bagian awalnya sebagai berikut:
“Kupuji Rasulullah dan dengan pujianku itu
aku berkeinginan, mendapatkan bagianku secara sempurna, yakni kebutuhan yang
penuh kemuliaan. Kupuji seseorang namun yang kupuji melebihi segala pujian,
dengan segala gambaran perilakunya dari dekat atau dari kejauhan.”
Seluruh
suku-suku di tanah Arab, bertemu nasabnya pada Adnaan. Oleh sebab itu Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Katakanlah:
Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam
kekeluargaan.” (AsySyura: 23)
Ibnu Abbas
RA menyatakan: “Setiap keturunan Quraisy,
pasti memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam.” (Bukhari: 4818)
Beliau Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah pilihan Allah dari kalangan Quraisy, sebagaimana
diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya,
dari Waatsilah bin Aqsa RA, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Sesungguhnya Allah memilih
Kinanah dari anak Ismail. Kemudian Allah memiliki Quraisy dari Kinanah. Kemudian
Allah memilih Bani Hasyim dari kalangan Quraisy. Setelah itu Allah memilihku
dari kalangan Bani Hasyim.” (Muslim: 2276)
Bani Israil,
baik kalangan para nabinya atau kalangan lain, juga bertemu nasabnya dengan
beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pada Ibrahim, khalilullah ‘Alaihissalaam,
yang Allah ciptakan kenabian dan turunnya Kitab suci pada anak keturunannya.
Demikianlah Allah
Subhanahu wa Ta’ala pernah menurunkan perintah kepada Bani Israil melalui lisan
Nabi Musa ‘Alaihissalam dalam kitab Taurat sebagaimana disebutkan oleh banyak
ulama yang pernah mengumpulkan tanda-tanda para nabi. Allah pernah
memerintahkan kepada mereka yang artinya: “Dan
dari anak-anak saudara kalian, akan Kami utus seorang Nabi yang pasti akan
didengar oleh masing-masing di antara kalian. Kami akan menjadikannya sebagai
nabi yang sangat agung.”
Dan di
kalangan keturunan Ismail, tidak pernah dilahirkan seorang Nabi yang lebih
agung dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan dari kalangan
anak cucu Adam tidak pernah dilahirkan orang yang lebih agung daripada beliau Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam sampai datangnya Hari Kiamat.
Diriwayatkan
dengan shahih bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Aku adalah penghulu anak cucu Adam, bukan
sekedar membanggakan diri. Adam dan seluruh nabi sesudahnya akan berdiri di
bawah panjiku nanti.” (Ahmad I: 281, AtTirmidzi: 3148)
“Aku akan menempati posisi yang
diidam-idamkan oleh setiap manusia, bahkan termasuk Ibrahim.” (Muslim: 820)
Itulah posisi
terpuji yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yakni syafa’at terbesar
yang bisa ikut dinikmati oleh seluruh makhluk, agar Allah memberikan kesenangan
kepada mereka dengan memutuskan perkara di antara mereka di padang Mahsyar,
seperti ditafsirkan dalam banyak hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam.
Ibu beliau adalah Aminah binti Wahb, bin Abdu
Manaf, bin Zuhrah, bin Kilaab, bin Murrah.bersambung in sya Allah.......
>> Selanjutnya : (2/48) Kelahiran Rasulullah & Masa Penyusuan Beliau
Oleh: Ibnu Katsir
Sumber: Pustaka AtTibyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar