Perang ini
adalah tragedi yang menjadi cobaan bagi hamba-hamba Allah yang beriman, untuk
menguji mereka dan untuk membedakan siapa di antara mereka yang betul-betul
beriman dan siapa yang munafik.
Kejadiannya,
bahwa kaum Quraisy setelah banyak para personilnya yang terbunuh di perang
Badar dan tertimpa musibah yang tidak terkira, mereka terpaksa dipimpin oleh
Abu Sufyan, karena tidak ada lagi tokoh besar di kalangan mereka. Merekapun
menuju wilayah-wilayah di pinggiran kota Madinah dalam perang As Sawiq. Namun
tidak menghasilkan apa-apa. Akhirnya mereka mengumpulkan bala tentara Quraisy
untuk kembali menyerang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kaum
muslimin. Mereka berhasil mengumpulkan 3000 orang Quraisy, juga dari kalangan hulafa dan ahabisy.
Mereka
bahkan datang dengan ditemani oleh istri-istri mereka, agar mereka tidak
melarikan diri. Mereka datang menuju kota Madinah dan singgah di dekat gunung
Uhud di sebuah tempat yang disebut ‘Ainain
(Bukhari: 4072). Itu terjadi pada bulan Syawwal tahun ketiga Hijriyah.
Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajak para sahabatnya bermusyawarah, apakah
keluar menemui mereka atau tinggal di Madinah saja? Para Sahabat yang mulia
yang tidak sempat pergi ke perang Badar langsung mengajukan pendapat dan
mendesak beliau untuk keluar melawan kaum kafir tersebut. Sementara Abdullah
bin Ubay bin Salul menyarankan agar meraka tetap tinggal di Madinah. Pendapat
itu diikuti juga oleh sebagian sahabat lainnya. Mereka bahkan mendesak
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menerima pendapat itu. Beliau
bangkit dan masuk ke dalam rumahnya serta langsung mengenakan baju besinya,
kemudian keluar menemui mereka. Padahal tekad sebagian di antara mereka sudah
mengendur. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah! Kalau engkau ingin tetap tinggal
di Madinah, silahkan saja,” Beliau menanggapi: “Tidak layak bagi seorang nabi yang sudah mengenakan baju besinya untuk
meletakkannya kembali sebelum berperang.” (Ahmad: III: 351).
Tiba-tiba
datang jenazah seorang lelaki Anshar, dan beliau menyalatkannya. Itu terjadi
pada hari Jum’at. Beliau menugaskan Ibnu Ummi Maktum untuk mewakilinya di
Madinah.
Dalam perang
Uhud itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar membawa 1000 personil.
Namun di pertengahan jalan, Abdullah bin Ubayy bersama sekitar 300 personilnya
menyelinap kembali ke Madinah. Mereka diikuti oleh Abdullah bin Amru bin
Haraam, ayah dari Jabir yang langsung mengecam tindakan mereka tersebut. Namun
mereka menukas: “Kalau kami yakin bahwa kalian berperang, kami tidak akan
pulang,” Karena mereka tidak juga mau kembali. Akhirnya Abdullah bin Amru
kembali ke pasukan, dan langsung mencaci mereka.
Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam akhirnya mengandalkan pasukan yang tersisa hingga
tiba di lembah Uhud, di sebuah kelok lembah menuju gunung. Beliau kala itu
membelakangi gunung Uhud, dan melarang kaum muslimin untuk memulai perang
sebelum beliau perintahkan. Di pagi harinya, beliau langsung mengomandokan
perang kepada para Sahabat. Di antara mereka terdapat 50 ksatria berkuda.
Beliau juga menugaskan para pemanah secara khusus, yang jumlahnya juga 50
orang, dipimpin oleh Abdullah bin Jubair Al Ausi. Beliau memerintahkan para
Sahabat itu agar tidak mengubah posisi mereka, menjaga pasukan muslimin dari
belakang sehingga bisa bebas menyerang ke depan (Bukhari: 3039).
Pada saat
itu Rasulullah mengenakan dua lapis baju besi (AtTirmidzi: 1692, Abu Dawud:
2590, Ibnu Majah: 2806). Beliau menyerahkan panji perang kepada Mush’ab bin
Umair, saudara dari Abdud Daar. Di sebelah kiri beliau seorang sahabat bernama
Zubair bin Awwam. Sementara di sebelah kanan beliau Al Mundzir bin Amru, yang
keduanya siap mati membela beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Para pemuda
kala itu meminta ijin ikut perang. Beliau mengijinkan sebagian di antara
mereka, namun melarang sebagian yang lain. Di antara yang beliau perbolehkan
adalah Samurah bin Jundub, Rafi’ bin Khudaij, keduanya masih berumur 15 tahun.
Saat itu
beliau menolak Usamah bin Zaid bin Haritsah, Usaid bin Zhuhair, Al Barra bin
Azib, Zaid bin Arqam, Zaid bin Tsabit, Abdullaah bin Umar, Arabah bin Aus, Amru
bin Hazm, namun di perang Khandaq, Nabi mengijinkan mereka.
Kaum Quraisy
kala itu membawa sekitar 3000 personil seperti yang sudah kita paparkan
sebelumnya. Di antara mereka terdapat 200 tentara berkuda, dipimpin oleh Khalid
bin Walid di barisan kanan, dan Ikrimah bin Abu Jahal di barisan kiri.
Orang yang
pertama kali terbunuh dari kalangan musyrikin pada hari itu adalah Abu Amir
ArRahib. Namanya adalah Abdu Amru bin Shafiyy. Ia adalah pemimpin suku Al Aus
di masa jahiliyyah. Ia sempat menjadi pendeta. Saat datang Islam, ia terhina
dan belum sempat masuk Islam. Bahkan ia secara terus terang memusuhi Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah pun melaknatnya. Ia keluar dari
Madinah dan menemui kaum Quraisy untuk bergabung dengan mereka melawan
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ia bahkan mampu membujuk mereka untuk
memerangi beliau seiring juga dengan kemarahan mereka kepada Rasul dan para
sahabat. Ia berjanji kepada orang-orang musyrik bahwa ia akan meminta kaumnya
dari suku Al Aus pada saat perang nanti untuk berpihak kepadanya. Setelah ia
bergabung dengan penduduk Mekkah dan Ahabisy, ia memperlihatkan dirinya kepada
kaumnya. Kaumnya langsung berkata: “Semoga Allah tidak memberikan kenikmatan
kepadamu sedikitpun, hai fasiq!.” Ia menjawab: “Semenjak aku meninggalkan
kalian, kalian sudah berubah menjadi jahat.” Kemudian kaum muslimin berperang
secara hebat. Syi’ar mereka pada saat itu adalah “Bunuh orang itu, bunuh orang itu,,,” (Abu Dawud: 2596, 2638, Ibnu
Majah: 2840).
Abu Dujanah,
Simmak bin Kharasyah melakukan pengorbanan, demikian juga Hamzah, paman
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bergelar Singa Allah dan Singa
Rasulullah, semoga Allah meridhainya. Demikian juga Ali bin Abi Thalib serta
banyak kalangan Anshar, di antaranya AnNadhr bin Anas dan Saad bin Rabi’,
semoga Allah meridhai mereka semua.
Pada awal
siang kaum muslimin dapat mengungguli musuh. Orang-orang kafir berbalik mundur
hingga sampai ke tempat istri-istri mereka.
Saat pasukan pemanah yang ditugaskan untuk menjaga pasukan muslimin dari belakang yaitu teman-teman Abdullah bin Jubair melihat kemenangan tersebut, mereka berkata:
“Hai kaum muslimin, lihat harta rampasan perang, harta rampasan perang!”
Abdullah bin Jubair mengingatkan mereka bahwa mereka harus mendahulukan
perintah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam persoalan itu. Mereka
mengira bahwa orang-orang kafir tidak akan sanggup menyerang lagi. Akhirnya
merekapun turun dari bukit tersebut untuk mengumpulkan harta rampasan perang
(Bukhari: 4043)
Ternyata
pasukan berkuda kaum musyrikin memanfaatkan kesempatan itu, karena para pemanah
sudah tidak berada di tempatnya. Mereka pun menyerang kaum muslimin dari belakang mengitari bukit dan
berhasil unggul. Sekarang keadaan berbalik. Pasukan berkuda berhasil mengepung
kaum muslimin yang sedang lengah. Memang itu sudah merupakan takdir yang Allah
kehendaki. Kaum muslimin banyak yang mendapatkan kehormatan mati syahid pada
hari itu. Beberapa orang Sahabat mulia juga ikut terbunuh, sementara sebagian
besarnya melarikan diri.
Kaum
musyrikin bahkan berhasil menerobos menyerang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam sehingga wajah beliau terluka dan gigi seri beliau bagian kanan bawah
juga pecah terkena batu, bahkan topi besi beliau hancur di atas kepala beliau
yang suci (Bukhari: 2911, Muslim: 1790).
Kaum
musyrikin juga menimpuki beliau dengan batu sehingga mengenai pinggang beliau
dan beliaupun terjatuh dalam sebuah lubang yang sengaja digali oleh Abu Amir Al
Fasiq, untuk memerangkap kaum muslimin. Ali langsung menarik tangan beliau, dan
beliaupun digendong oleh Thalhah bin Ubaidillah.
Yang
memimpin penganiayaan terhadap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah
Amru bin Qami-ah dan Utbah bin Abi Waqqash. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa
yang melukai kepala Rasulullah adalah Abdullah bin Syihab AzZuhri, bapak dari
paman Muhammad bin Muslim bin Syihab AzZuhri.
Mush’ab bin
Umair juga terbunuh di hadapan beliau. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
langsung menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib.
Ternyata dua
keping pecahan baju besi menancap di wajah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Abu Ubaidah bin Al Jarrah langsung mencabutnya dengan cara menggigitnya
sehingga dua giginya tanggal. Di kemudian hari giginya diganti dengan gigi
palsu. Sementara Malik bin Sinan ayah dari Abu Sa’id Al Khudry menyedot darah
dari luka beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kaum
musyrikin berhasil menemui Rasulullah lagi, akan tetapi dihalangi oleh beberapa
orang muslimin. Mereka berjumlah sekitar 10 orang lalu semuanya terbunuh. Namun
Thalhah menahan mereka hingga bisa menghalau mereka. Sementara Abu Dujanah,
Simmak bin Kharasyah menjadikan punggungnya sebagai perisai bagi Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, tanpa bergeming sedikitpun.
Saad bin Abi
Waqqash pada hari itu berhasil melemparkan anak panah dengan amat jitu.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Panahlah, ayah ibuku sebagai tebusannya.”
(Bukhari: 4055, Muslim: 2412)
Pada saat
itu, mata dari Qatadah bin AnNu’man AzhZhufari juga terluka hingga menyembul
keluar. Dia langsung mendatangi Rasulullah lalu beliau mengembalikan mata
tersebut sebagaimana asalnya dengan tangan beliau yang mulia. Bahkan mata yang
terluka itu akhirnya menjadi lebih tajam dan lebih baik dari mata sebelahnya.
Syetan
berteriak dengan keras: “Muhammad sudah terbunuh.” Teriakan itu amat
berpengaruh terhadap hati sebagian besar kaum muslimin sehingga kebanyakan
mereka melarikan diri. Dan itu memang sudah menjadi ketetapan Allah.
Anas bin
AnNadhr lewat di hadapan sebagian kaum muslimin yang sudah mengangkat tangan:
“Kalian menunggu apa lagi?” Tanyanya. “Rasulullah sudah terbunuh?” Ujar mereka.
“Kalau begitu, untuk apa lagi kalian hidup kalau beliau sudah tidak ada?” Tanyanya
lagi. “Bangkit dan matilah atas apa yang beliau wafat padanya.” Ujarnya
kemudian. Lalu ia kembali menemui kaum muslimin lainnya dan berjumpa dengan
Saad bin Muadz. Ia berkata: “Hai Saad! Demi Allah, aku sudah mencium wanginya
Jannah dari bawah gunung Uhud.” Ia lalu berperang dan terbunuh. Ternyata di
tubuhnya terdapat 70 luka tusukan (Bukhari: 2805, Muslim: 1903).
Pada hari
itu juga Abdurrahman bin Auf terluka hingga 20 tempat di tubuhnya, sebagian di
kaki, sehingga ia menjadi pincang sampai akhir hayatnya.
Lalu
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menemui kaum muslimin. Yang pertama
kali mengenali beliau dari balik baju besinya adalah Ka’ab bin Malik RA. Ka’ab
pun langsung berteriak: “Hai kaum muslimin, bergembiralah, ini dia Rasulullah
masih hidup!” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi isyarat kepadanya
agar diam. Kaum muslimin berkumpul di sekeliling beliau dan segera berlari
bersama beliau menuju celah gunung tempat beliau singgah. Di antara mereka
adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Al Harits bin AshShummah Al Anshari dan yang
lainnya.
Saat mereka
mendapatkan tempat berlindung di gunung tersebut, beliau dikejar oleh Ubayy bin
Khalaf yang mengendarai unta bernama Al ‘Aud. Orang jahat ini mengira mampu
membunuh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Saat ia sudah dekat,
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung merebut tombak yang ada di
tangan Al Harits bin AshShummah, lalu menusukkannya ke tubuh Ubay bin Khalaf
hingga menembus bagian atas tulang belikatnya. Musuh Allah itupun jatuh tersungkur.
Kaum musyrikin berkata: “Engkau akan baik-baik saja.” Ia menjawab: “Demi Allah,
seandainya aku bersama seluruh penduduk di Dzul Majaaz, pasti mereka juga
terbunuh semuanya. Ia berkata kepadaku bahwa ia akan membunuhku.” Ia terus
mengucapkan perkataan tersebut hingga mati di perjalanan menuju Mekah. Semoga
Allah melaknatnya.
Ali datang
menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan membawa air untuk
membersihkan darah di tubuh beliau. Ternyata darah tersebut sudah lenyap,
akhirnya ia bawa kembali air tersebut.
![]() |
Batu karang di Bukit Uhud |
Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ingin naik ke atas batu karang besar di sana,
namun tidak bisa karena luka-luka yang beliau derita dan karena pada hari itu
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenakan dua lapis baju besi. Thalhah
duduk, lalu menggendong Rasulullah naik ke batu karang (AtTirmidzi: 1692, 3738,
Ahmad: I : 165). Datanglah waktu shalat, dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam mengimami mereka sambil duduk.
Kemudian
orang-orang musyrikin bergabung dengan barisan mereka, lalu kembali mengarah ke
kota Mekkah dan meninggalkan tempat tersebut. Semua kejadian ini terjadi pada
hari Sabtu.
Pada hari
itu kalangan muslimin yang syahid sebanyak 70 orang, diantaranya adalah Hamzah,
paman Rasulullah, dibunuh oleh Wahsy, mantan budak Bani Naufal, karena
perbuatannya itu, Wahsy dibebaskan.
Setelah
dimerdekakan tuannya, Wahsy masih tidak merasakan kebebasan. Ia tetap
diperlakukan layaknya seorang budak. Kemudian ia memutuskan untuk masuk Islam.
Ia pun berhasil membunuh Musailamah Al Kadzdzaab pada perang Yamamah (semoga
Allah melaknat Musilamah)
Note:
Musilamah adalah Orang yang mengaku nabi setelah wafatnya Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam pada masa khalifah Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu.
Kemudian
syahid lainnya adalah Abdullah bin Jahys, pemimpin Bani Umayyah, Mush’ab bin
Umair, Ustman bin Ustman yakni Syammas bin Ustman Al Makhzumi. Ia digelari
dengan Syammas, karena wajahnya yang elok. Keempat orang tersebut dari kalangan
Muhajirin. Sementara sisanya dari kalangan Anshar, semoga Allah meridhai mereka
semua. Rasulullah mengebumikan mereka dengan darah dan pakaian mereka, namun
belum menyalatkan mereka pada hari itu.
Pada hari
itu pula ada sekelompok kaum muslimin yang melarikan diri, diantaranya adalah
Ustman bin Affan Radhiallau ‘Anhu. Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa
mereka telah dimaafkan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di
antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan
oleh syaithan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa
lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun..” (Ali Imran: 155)
Sementara
dari kalangan musyrikin terbunuh 22 orang.
Allah
menyebutkan kejadian ini dalam surat Ali Imraan. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada
pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mu’min pada beberapa
tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Ali Imran: 121)
Oleh : Ibnu Katsir
bersambung in sya Allah .....
Sumber : Pustaka AtTibyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar