Kamis, 05 November 2015

(10/48) Hijrah Rasulullah | Sejarah Nabi Muhammad


Kaum muslimin yang tinggal di Mekkah hanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan Ali Radhiallahu Ta’ala ‘anhuma. Mereka berdua tinggal di Mekkah atas perintah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentunya selain kaum muslimin yang masih ditawan oleh kaum musyrikin secara paksa.


Abu Bakar ternyata sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, menunggu ijin Allah ‘Azza wa Jalla kepada RasulNya untuk keluar berhijrah. Suatu malam, kaum musyrikin berkeinginan untuk membunuh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beberapa orang memantau pintu rumah beliau. Kalau beliau keluar, mereka akan membunuhnya. Namun ternyata tidak ada seorangpun yang melihat beliau.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa beliau menaburkan tanah di atas kepala masing-masing di antara mereka, baru kemudian meloloskan diri ke rumah Abu Bakar RA. Mereka berdua keluar dari pintu rahasia di rumah Abu Bakar pada malam harinya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar RA sudah menyewa Abdullah bin Uraiqith. Ia adalah seorang penunjuk jalan yang terampil, mahir betul dengan jalan-jalan menuju Madinah. Mereka berdua mempercayai lelaki ini untuk tugas tersebut. Meskipun lelaki ini masih menganut agama kaumnya. Mereka menyerahkan kendaraan mereka kepadanya, dan berjanji akan bertemu di gua Tsur 3 hari kemudian. Saat mereka sampai di gua tersebut, Allah membutakan mata orang-orang Quraisy sehingga tidak mengetahui tempat mereka. Mereka tidak mengetahui kemana keduanya pergi.

Amir bin Fuhairah adalah yang bertugas untuk mengirimkan kambing milik Abu Bakar kepada mereka berdua. Sementara Asma binti Abu Bakar membawakan perbekalan mereka berdua ke gua itu. Lalu Abdullah bin Abu Bakar sengaja menyelidiki berita di Mekkah, untuk kemudian menyampaikannya kepada mereka berdua, sehingga mereka bisa berhati-hati.

Kaum musyrikin datang untuk mengejar mereka ke gua Tsur serta beberapa tempat yang terdapat di dekatnya, hingga mereka melewati pintu gua tersebut. Telapak kaki mereka sudah berada di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Sahabatnya, Abu Bakar. Namun Allah membutakan mata mereka sehingga mereka tidak melihat pintu gua tersebut.

Ada riwayat, Wallahu a’lam, bahwa ada laba-laba yang menutup pintu gua, dan ada 2 ekor burung merpati yang membuat sarang di pintu tersebut. Itulah penakwilan firman Allah Ta’ala: “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (AtTaubah: 40)

Alasannya, karena sangat berhasratnya Abu Bakar menjaga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia menangis saat kaum musyrikin lewat di dekat mereka. Ia berkata: “Wahai Rasulullah! Kalau saja salah seorang di antara mereka melihat ke bawah telapak kakinya, pasti ia akan melihat kita.” Rasulullah bersabda: “Hai Abu Bakar! Bagaimana pendapatmu tentang kita berdua, padahal Allah adalah yang Ketiga di antara kita?” (Bukhari: 3653, Muslim: 2381)

3 hari kemudian, datanglah Ibnu Uraiqith membawa kendaraan mereka berdua, dan merekapun segera mengendarainya. Abu Bakar memboncengi Amir bin Fuhairah. Sementara Ibnu Uraiqith berjalan di depan mereka menunggangi kendaraannya sendiri.

Kaum kafir Quraisy mengumumkan bahwa barangsiapa bisa menangkap salah satu di antara Muhammad dan Abu Bakar, maka ia akan mendapatkan 100 ekor unta. Saat mereka melewati dusun Mudlij, Suraqah bin Malik bin Ju’syum, ketua dusun Mudlij berhasil melihat mereka. Ia pun segera mengendarai kudanya dan berusaha mengejar mereka, ia mendengar Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca Al Qur’an, sementara Abu Bakar terus menengok ke belakang, khawatir orang itu akan membahayakan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Padahal Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri tidak pernah menengok. Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah! Itu Suraqah bin Malik sudah dekat dengan kita. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu mendo’akan Suraqah sehingga kedua kaki depan kudanya terpuruk di atas tanah. Suraqah berkata: “Aku tahu bahwa kalian berdua yang mendo’akan ku sehingga aku begini. Berdo’alah kepada Allah untukku. Aku berjanji akan melindungi kalian dari kejaran orang banyak.” Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu mendo’akannya, sehingga ia terbebas. Ia meminta Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam agar menuliskan sepucuk surat untuk dirinya. Abu Bakar pun menuliskan surat itu di atas sehelai kulit. Ia pun pulang ke kampungnya dan berkata kepada masyarakat disitu: “Sudahlah, kalian tidak usah mengejarnya lagi.” Akhirnya ia datang sebagai muslim pada tahun Hijjatul Wadaa’. Ia mengembalikan surat yang ditulis Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam itu kepada beliau. Rasulullah memenuhi apa yang telah beliau janjikan kepadanya, karena ia memang berhak menerimanya (Bukhari: 3615, Muslim: 2009, 75).

Dalam perjalanannya itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sempat melewati 2 kemah milik Ummu Ma’bad. Beliau beristirahat di salah satu kemah tersebut. Dan Ummu Ma’bad sempat melihat tanda-tanda kekuasaan Allah pada kambing yang dimilikinya, karena semua kambing itu mengeluarkan susu yang banyak sekali, padahal saat itu musim kemarau panjang, sehingga menyebabkan mereka tercengang.

Kalangan Anshar sudah mendengar berita keluarnya Rasulullah dari Mekkah menuju kota mereka. Maka setiap hari mereka pergi ke dusun Harrah untuk menanti kedatangan beliau. Di hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal, yakni setelah 3 tahun masa kenabiannya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memenuhi janjinya kepada mereka di hari yang sangat panas sekali. Pada hari itu kaum Anshar juga sudah menanti beliau, namun ketika sudah lama beliau belum juga datang, merekapun pulang.

Yang pertama kali melihat beliau adalah seorang lelaki Yahudi. Ia sedang berada di atas loteng rumahnya. Maka ia pun berteriak: “Hai Bani Qailah, ini dia orang yang sudah lama kalian tunggu!” Kaum Anshar serta merta keluar dengan membawa senjata mereka. Mereka segera menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menyambut beliau sebagaimana layaknya seorang Nabi.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam singgah pertama kali di Quba, di rumah Kultsum bin Al Hidm. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau singgah di rumah Saad bin Khaitsaman. Kaum muslimin pun berdatangan memberi salam kepada beliau. Kebanyakan di antara mereka belum pernah melihat beliau sebelumnya. Kebanyakan atau sebagian di antara mereka mengira beliau adalah Abu Bakar, karena banyak ubannya. Saat matahari sudah bersinar terik sekali, Abu Bakar berdiri memayungi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan secarik kain. Mulai saat itulah kaum muslimin baru mengetahui mana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sebenarnya (Bukhari: 3906)


bersambung in sya Allah .....

Oleh : Ibnu Katsir
Sumber : Pustaka AtTibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar