Kaum
muslimin yang tinggal di Mekkah hanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,
Abu Bakar, dan Ali Radhiallahu Ta’ala ‘anhuma. Mereka berdua tinggal di Mekkah
atas perintah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentunya selain kaum
muslimin yang masih ditawan oleh kaum musyrikin secara paksa.
Abu Bakar
ternyata sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam, menunggu ijin Allah ‘Azza wa Jalla kepada RasulNya untuk keluar
berhijrah. Suatu malam, kaum musyrikin berkeinginan untuk membunuh Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beberapa orang memantau pintu rumah beliau. Kalau
beliau keluar, mereka akan membunuhnya. Namun ternyata tidak ada seorangpun
yang melihat beliau.
Diriwayatkan
dalam sebuah hadits, bahwa beliau menaburkan tanah di atas kepala masing-masing
di antara mereka, baru kemudian meloloskan diri ke rumah Abu Bakar RA. Mereka
berdua keluar dari pintu rahasia di rumah Abu Bakar pada malam harinya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar RA sudah menyewa Abdullah
bin Uraiqith. Ia adalah seorang penunjuk jalan yang terampil, mahir betul
dengan jalan-jalan menuju Madinah. Mereka berdua mempercayai lelaki ini untuk
tugas tersebut. Meskipun lelaki ini masih menganut agama kaumnya. Mereka
menyerahkan kendaraan mereka kepadanya, dan berjanji akan bertemu di gua Tsur 3
hari kemudian. Saat mereka sampai di gua tersebut, Allah membutakan mata
orang-orang Quraisy sehingga tidak mengetahui tempat mereka. Mereka tidak
mengetahui kemana keduanya pergi.
Amir bin
Fuhairah adalah yang bertugas untuk mengirimkan kambing milik Abu Bakar kepada
mereka berdua. Sementara Asma binti Abu Bakar membawakan perbekalan mereka
berdua ke gua itu. Lalu Abdullah bin Abu Bakar sengaja menyelidiki berita di
Mekkah, untuk kemudian menyampaikannya kepada mereka berdua, sehingga mereka
bisa berhati-hati.
Kaum
musyrikin datang untuk mengejar mereka ke gua Tsur serta beberapa tempat yang
terdapat di dekatnya, hingga mereka melewati pintu gua tersebut. Telapak kaki
mereka sudah berada di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan
Sahabatnya, Abu Bakar. Namun Allah membutakan mata mereka sehingga mereka tidak
melihat pintu gua tersebut.
Ada riwayat,
Wallahu a’lam, bahwa ada laba-laba
yang menutup pintu gua, dan ada 2 ekor burung merpati yang membuat sarang di
pintu tersebut. Itulah penakwilan firman Allah Ta’ala: “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya
(dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah berduka cita,
sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah
itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (AtTaubah: 40)
Alasannya,
karena sangat berhasratnya Abu Bakar menjaga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam, ia menangis saat kaum musyrikin lewat di dekat mereka. Ia berkata: “Wahai Rasulullah! Kalau saja salah seorang
di antara mereka melihat ke bawah telapak kakinya, pasti ia akan melihat kita.”
Rasulullah bersabda: “Hai Abu Bakar!
Bagaimana pendapatmu tentang kita berdua, padahal Allah adalah yang Ketiga di
antara kita?” (Bukhari: 3653, Muslim: 2381)
3 hari
kemudian, datanglah Ibnu Uraiqith membawa kendaraan mereka berdua, dan
merekapun segera mengendarainya. Abu Bakar memboncengi Amir bin Fuhairah.
Sementara Ibnu Uraiqith berjalan di depan mereka menunggangi kendaraannya sendiri.
Kaum kafir
Quraisy mengumumkan bahwa barangsiapa bisa menangkap salah satu di antara
Muhammad dan Abu Bakar, maka ia akan mendapatkan 100 ekor unta. Saat mereka
melewati dusun Mudlij, Suraqah bin Malik bin Ju’syum, ketua dusun Mudlij
berhasil melihat mereka. Ia pun segera mengendarai kudanya dan berusaha
mengejar mereka, ia mendengar Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca Al
Qur’an, sementara Abu Bakar terus menengok ke belakang, khawatir orang itu akan
membahayakan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Padahal Nabi Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam sendiri tidak pernah menengok. Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah! Itu Suraqah bin Malik
sudah dekat dengan kita. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu
mendo’akan Suraqah sehingga kedua kaki depan kudanya terpuruk di atas tanah.
Suraqah berkata: “Aku tahu bahwa kalian
berdua yang mendo’akan ku sehingga aku begini. Berdo’alah kepada Allah untukku.
Aku berjanji akan melindungi kalian dari kejaran orang banyak.” Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu mendo’akannya, sehingga ia terbebas. Ia
meminta Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam agar menuliskan sepucuk surat
untuk dirinya. Abu Bakar pun menuliskan surat itu di atas sehelai kulit. Ia pun
pulang ke kampungnya dan berkata kepada masyarakat disitu: “Sudahlah, kalian tidak usah mengejarnya
lagi.” Akhirnya ia datang sebagai muslim pada tahun Hijjatul Wadaa’. Ia mengembalikan surat yang ditulis Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam itu kepada beliau. Rasulullah memenuhi apa yang
telah beliau janjikan kepadanya, karena ia memang berhak menerimanya (Bukhari:
3615, Muslim: 2009, 75).
Dalam
perjalanannya itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sempat melewati 2
kemah milik Ummu Ma’bad. Beliau beristirahat di salah satu kemah tersebut. Dan
Ummu Ma’bad sempat melihat tanda-tanda kekuasaan Allah pada kambing yang
dimilikinya, karena semua kambing itu mengeluarkan susu yang banyak sekali,
padahal saat itu musim kemarau panjang, sehingga menyebabkan mereka tercengang.
Kalangan
Anshar sudah mendengar berita keluarnya Rasulullah dari Mekkah menuju kota
mereka. Maka setiap hari mereka pergi ke dusun Harrah untuk menanti kedatangan beliau. Di hari Senin, 12 Rabi’ul
Awwal, yakni setelah 3 tahun masa kenabiannya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam memenuhi janjinya kepada mereka di hari yang sangat panas sekali. Pada
hari itu kaum Anshar juga sudah menanti beliau, namun ketika sudah lama beliau
belum juga datang, merekapun pulang.
Yang pertama
kali melihat beliau adalah seorang lelaki Yahudi. Ia sedang berada di atas
loteng rumahnya. Maka ia pun berteriak: “Hai Bani Qailah, ini dia orang yang
sudah lama kalian tunggu!” Kaum Anshar serta merta keluar dengan membawa
senjata mereka. Mereka segera menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan menyambut beliau sebagaimana layaknya seorang Nabi.
Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam singgah pertama kali di Quba, di rumah Kultsum bin
Al Hidm. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau singgah di rumah Saad bin
Khaitsaman. Kaum muslimin pun berdatangan memberi salam kepada beliau.
Kebanyakan di antara mereka belum pernah melihat beliau sebelumnya. Kebanyakan
atau sebagian di antara mereka mengira beliau adalah Abu Bakar, karena banyak
ubannya. Saat matahari sudah bersinar terik sekali, Abu Bakar berdiri memayungi
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan secarik kain. Mulai saat itulah
kaum muslimin baru mengetahui mana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang
sebenarnya (Bukhari: 3906)
bersambung in sya Allah .....
Oleh : Ibnu Katsir
Sumber : Pustaka AtTibyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar