Kamis, 05 November 2015

(11/48) Tinggalnya Nabi di Kota Madinah | Sejarah Nabi Muhammad


Rasulullah sempat tinggal di Quba selama beberapa hari. Ada yang mengatakan 14 hari lamanya. Pada saat itulah beliau membangun masjid Quba. Setelah itu dengan perintah Allah beliau mulai berkendaraan. Di tengah perjalanan beliau mendapatkan waktu Jum’at di perkampungan Bani Salim bin Auf. Beliaupun shalat di masjid yang berada di perut lembah Raauna.


Para penduduk di kampung itu tentu saja amat suka apabila beliau singgah di rumah mereka. Namun beliau berkata: “Biarkan saja untaku tetap berjalan, karena ia mendapatkan perintah dari Allah.” Unta beliau memang terus saja berjalan. Setiap kali beliau melewati perkampungan Anshar, pasti mereka suka apabila beliau singgah, namun beliau kembali berkata: “Biarkan saja unta ku tetap berjalan, karena ia mendapatkan perintah dari Allah.” Saat tiba di tempat masjid beliau sekarang ini, unta itu menderum. Belum lagi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam turun, ia sudah bangkit dan berjalan sedikit. Kemudian ia menengok ke kanan dan ke kiri, dan kembali lagi ke tempat semula dan kembali menderum. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung turun. Dan tempat itu adalah perkampungan Bani AnNajjar. Abu Ayyub RA langsung membawa barang-barang Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ke rumahnya.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung membeli tempat yang akan dibangunkan masjid tersebut. Sebelumnya tempat itu milik 2 orang anak yatim. Beliau membangun masjid di tempat tersebut, dan itu adalah masjid beliau hingga saat ini (Masjid Nabawi). Untuk keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, di bangun kamar di sisi masjid.

Adapun Ali RA, ia tetap tinggal di mekkah untuk mengembalikan barang-barang yang pernah dititipkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan melakukan beberapa tugas lain, baru kemudian menyusul Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mendakwahi kalangan Yahudi yang ada di kota Madinah. Beliau menulis surat kepada mereka. Akhirnya salah seorang ulama mereka masuk Islam, yakni Abdullah bin Salaam RA (Bukhari: 3329), namun sebagian besar dari mereka tetap kafir. Mereka terdiri dari 3 suku: Bani Qainuqaa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan persaudaraan itu, mereka saling mewarisi pada permulaan Islam dan lebih didahulukan daripada keluarga dan karib kerabat.


Lalu Allah mewajibkan zakat sebagai kasih sayang terhadap fakir miskin dari kalangan Muhajirin. Demikian disebutkan oleh Ibnu Hazm dalam Tarikh-nya. Sebagian ulama Hafizh di bidang hadits menyatakan: “Karena Ibnu Hazm kesulitan mendapatkan referensi kapan diwajibkannya zakat!”.

bersambung in sya Allah .....

Oleh : Ibnu Katsir
Sumber : Pustaka AtTibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar