Jumat, 25 Desember 2015

(46/48) Rasulullah Mendengar Kalam Ilahi | Sejarah Nabi Muhammad


Sebelumnya telah penulis paparkan bahwa beliau pernah mendengar kalamullah ‘Azza wa Jalla bahkan berbicara dengan Allah pada saat Israa wal Mi’raaj. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan: “Akupun dipanggil, dan terdengarlah suara: “Telah kusempurnakan kewajiban terhadap diri-Ku dan telah kuberikan keringanan kepada hamba-hamba-Ku, hai Muhammad! Ucapan-Ku ini tidak akan bisa digantikan lagi. Shalat lima waktu namun memiliki nilai pahala 50 waktu.” (Bukhari: 3207, Muslim: 162)


Ucapan seperti itu tentu hanya diucapkan oleh Allah, Rabbul ‘alamin, sebagaimana firman Allah saat berbicara dengan Musa:

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku..” (Thaaha: 14)

Para ulama AsSalaf dan para Imam menyebutkan: “Ini merupakan dalil paling kuat untuk menunjukkan bahwa Kalamullah bukanlah makhluk, karena tidak berasal dari makhluk.

Sebagian ulama lain menegaskan: “Barangsiapa yang beranggapan bahwa firman Allah: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku,” adalah makhluk, maka ia kafir. Karena jika kalam Allah adalah makhluk, ia menyuruh Musa untuk menyembahnya! Persoalan ini sudah dijabarkan pada kesempatan lain.

Diriwayatkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Rabb-nya ‘Azza wa Jalla sejumlah hadits, di antaranya hadits:

Hai para hamba-Ku! Masing-masing di antara kalian kelaparan, kecuali yang Kuberikan makan..” (Muslim: 2577) dan banyak lagi hadits yang senada dengan itu.

Berkaitan dengan persoalan ini para ulama telah menyusun berbagai tulisan yang menyebutkan berbagai hadits bernuansa ilahiyyah. Zahir bin Thahir menyusun sebuah buku khusus dalam hal itu. Demikian juga Al Hafizh AdhDhayya. Bahkan Ali bin Bilban sempat menyusun satu jilid buku yang pernah penulis lihat, memuat sekitar seratus hadits (qudsi).

Banyak kalangan Ahli Hadits dan Ahli Uhsul berpendapat bahwa seluruh sunnah adalah wahyu, berdasarkan firman Allah:

..dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)..” (AnNajm: 3-4)

Persoalan ini sudah dikupas dalam kitab-kitab uhsul, diulas secara mendetail oleh Al Hafizh Abu Bakar Al Baihaqi dalam bukunya Al Mudkhil ila AsSunan.

Para ulama tersebut juga berbeda pendapat apakah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melihat Rabb-nya atau tidak, seperti sudah penulis paparkan sebelumnya.

Beliau juga melihat Jibril ‘Alaihissalaam di sana dalam bentuk aslinya. Beliau juga sudah pernah melihat Jibril sebelum itu saat turun dari langit ke bumi dalam bentuk aslinya. Itu terjadi pada permulaan turunnya wahyu. Dan itulah makna firman Allah Ta’ala:

..yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).” (AnNajm: 5-9)

Pendapat yang benar dari kalangan Ahli Tafsir bahkan merupakan pendapat yang pasti adalah bahwa ‘lalu bertambah dekat lagi’ yang disebutkan dalam ayat itu adalah Jibril, sebagaimana dikeluarkan dalam Shahih Bukhari & Muslim dari Aisyah bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah tentang pengertian ayat itu, dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Yang dimaksud adalah Jibril.” Hadits ini sudah cukup untuk menghilangkan perbedaan pendapat dan kesulitan yang ada.

Sebelumnya telah kami kemukakan bahwa para nabi berkumpul, dan Rasulullah melihat mereka sesuai dengan kedudukan mereka. Beliau juga sempat melihat Penjaga Naar dan Penjaga Jannah. Di setiap langit beliau diiringi oleh para malaikat yang dekat dengan Allah hingga sampai ke langit berikutnya. Di langit berikut, kembali beliau bertemu dengan para malaikat lain yang dekat dengan Allah.

Dalam AsSunan disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Di malam Al Isra, setiap kali aku melewati sekelompok para malaikat, mereka pasti berkata: “Hai Muhammad! Perintahkanlah umatmu untuk berobat dengan bekam.” (AtTirmidzi: 2053, Ahmad: 3316, dan Ibnu Majah: 3478) Ini merupakan riwayat tunggal dari Abbad bin Manshur.

Dalam hadits lain disebutlan: “Hai Muhammad, perintahkan umatmu untuk memperbanyak tanaman Jannah: Subhanallah, walhamdulillah.” (AtTirmidzi: 3426) Kedua riwayat tersebut gharib.

Jibril turun membawa Al Qur’an kepada Rasulullah dari Allah ‘Azza wa Jalla langsung ke dalam hatinya yang mulia.

Dalam catatan sejarah beliau, disebutkan bahwa malaikat gunung datang kepada beliau dalam perang Qarnuts Tsa’aalib dengan perintah dari Allah dan berkata: “Bila perlu, bisa saja dua gunung ini ditimpakan kepada mereka.” Rasulullah menjawab: “Jangan, aku masih sabar menunggu mereka.” (Bukhari: 3231, 7389, Muslim: 1795)

Dalam shahih Muslim (806) disebutkan bahwa ada malaikat yang turun membawa dua ayat terakhir surat Al Baqarah.

Dalam Maghazi Al Umawi diriwayatkan dari ayahnya bahwa ia berkata: Al Kalbi beranggapan bahwa riwayat ini dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas menceritakan : Saat nabi mengepalkan tangannya, sementara Jibril di sebelah kanan beliau, datanglah malaikat berkata: “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah menyampaikan salam untukmu.” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menanggapi: “Sesungguhnya Allah sendiri adalah AsSalaam, dari-Nya AsSalaam dan hanya kepada-Nya kembali AsSalaam.”

Malaikat itu berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman kepadamu: “Sesungguhnya perintah Allah kepadamu berkaitan dengan orang bernama Al Hubab bin Mundzir.” Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Hai Jibril, kenalkah engkau dengan dia?” Jibril menjawab: “Tidak setiap penghuni langit kukenal. Namun ia jujur, dan ia bukanlah setan.”

Riwayat ini, meskipun sanadnya kurang bagus, tetapi memiliki riwayat penguat. Yakni bahwa ketika Rasulullah singgah di sumber air terendah di Badar, Al Hubab Ibnul Mundzir bertanya kepada beliau: “Hai Rasulullah! Kalau ini posisi yang diperintahkan oleh Allah kepadamu wahai Rasulullah, maka biarlah. Namun kalau ini posisi yang engkau pilih untuk perang dan tipu daya, bukan ini posisi yang tepat.” Beliau menjawab: “Ini posisi yang kupilih untuk perang dan sebagai tipu daya.” Ia berkata: “Mari pergi bersama kami. Kita akan menuju sumber air terbawah dan singgah disitu. Kita tutup seluruh sumber air di belakangnya, lalu kita buat kolam dan kita isi dengan air.” Demikian seterusnya sebagaimana disebutkan dalam kisah perang Badar.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan sebuah hadits dari Qus bin Saa’idah Al Iyaadi berdasarkan apa yang dia dengar darinya saat mengatakannya di pasar Ukaaz. Namun sanadnya perlu diteliti lagi.


Dalam Shahih Muslim (2942), diriwayatkan dari Fathimah binti Qais bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan di atas mimbar, kisah Tamim AdDaari yang bertemu dengan AdDajjal.

Oleh : Ibnu Katsir
Bersambung in sya Allah .....


Sumber : Pustaka AtTibyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar